Senin, 26 September 2011


STRIVE TO HAVE aground my ego (PART 1)



An effort should I do when three years ago, before I accepted the offer to become small-time leader. I tried to appeal to God with prayers Istikharah and always pray to get a clue. But I was aware of any flaws, weaknesses, many of my sins. Thus, by the time I get a hint with three consecutive nights - also dreamed something bad, scary, and disgusting, I'm less sure and no doubt in my mind would dream. I consider that a dream that I was experiencing was a result of mostly sleeping, or exhaustion. Which in the end I always rely on reason and logic alone. I feel able to face all challenges will I face forward, for the purposes of my best that it can be changed for something better. Though some quarters and my friends had given warning, and also the expression of a somewhat cynical and a little pessimistic about my resolve, with mengatakah "want to see it ... a strong, how long you can last in there?"



Armed with little experience and actually about three years I've known the neighborhood, and to know the character of the people there, in the end I accepted the offer, and I began removing moves I ever got from a few years (exactly 15 year) I was dabbling in the world that it was not strange to me.



Initially run smoothly, some of the things that make a wedge and internal problems can be solved piecemeal. I made a deal with teamku, which in essence there must be unity, because what is heavy it will feel lighter when done together. I will always be in the front line in any case, as long as both aim to benefit the people. I will try to appreciate every drop of sweat from teamku members. I will defend my team so far they feel depressed, not getting their rights. I started with after finish of administration and programming. Because without a plan the program, we will not be able melangkan clearly about where we are headed and what goals we get.



First and second year there are significant changes, can be viewed in terms of physical and non physical. My boss trusted me, my team also find it helpful. The things that become the burden and constraints can be solved. Sistempun little by little, I change the direction of a clear and beneficial to all parties as you wish the team and it has become the standard rules in accordance with the guidelines and operational guidelines. While there are some things that's really very unusual and unnatural from my boss, but I'm still trying to react calmly. I always tried to cheer the team that I strive for. And I tried to convince them that someday we too will succeed.



We work with relationships involving cross-sectoral and cross-institution which basically has no standard rules and very clear, but there are violated on the grounds that are not fundamental. Even so I always try to not dismantle the existing irregularities to outside parties. I tried to cover up, as if there are no significant problems within the while trying to fix it. I tried to give examples of each type of work, with the hopes of those who become this team can replicate and continue in accordance with the job / share respectively. Each activity and program me to make a clear proposal. But what I wonder, my team was not able to follow the plan and could not run the program, but it's all very simple and has become a standard in any institution. Which in the end I always worked alone, plus facilities and inadequate infrastructure make me feel much more tired.



Working facilities should be provided or held by agencies, not too satisfied with the reasons that are unclear, and must go through a very complex bureaucracy, but my position is the leader as well as manager at the agency, but everything remains the controlling owner in an institution rather than an appointed leader structural like me.



Some equipment had to I had to work with his own. Incidentally at home I have a crappy VCD Player, I had to take it. I also use my personal computer to store all data and I pake institutions to work day and night without electricity cost calculation. I was embarrassed when following training to use a laptop, I always have to borrow to a friend. Finally I was desperate to pawn the letter motor bad I need to buy a netbook for my institution. To upload the data through the internet I also use my slow modem. This is all I do is not for nothing but to fight for my institution which according to some circles, before I hold it in unsanitary conditions. I still hear the motto that has always emphasized when I was in school first, that if the fight do not hesitate. Property, energy, thoughts, if necessary with their lives.



Entering its third year, has started there is less conducive turmoil. I am aware of all the weaknesses and flaws, but I'm still at the initial intention to provide positive change. Team that had already began to break up solid. So many tasks that should I finish it yourself ....


(Wait for the sequel ... ..)

Rabu, 21 September 2011

EGOKU TUK BERJUANG TELAH KANDAS (Bag.1)



Sebuah ikhtiar yang harus aku lakukan beberapa tahun yang lalu, sebelum aku menerima tawaran tuk menjadi leader kecil2an. Aku mencoba untuk memohon kepada Allah dengan Shalat Istikharah dan selalu berdo’a agar mendapatkan petunjuk. Namun aku sadar akan segala kekuranganku, kelemahanku, banyaknya dosa-dosaku. Sehingga pada waktu aku mendapatkan petunjuk dengan tiga malam berturut – turut bermimpi sesuatu yang buruk, menakutkan, dan menjijikkan,  aku kurang yakin dan ada keraguan di benakku akan mimpi itu. Aku menganggap bahwa mimpi yang aku alami adalah sebuah akibat dari kebanyakan tidur, atau karena kecapean. Yang pada akhirnya aku slalu mengandalkan rasio dan logikaku semata. Aku merasa mampu menghadapi segala tantangan yang akan aku hadapi ke depan, demi tujuan baikku yaitu dapat merubah sesuatu yang lebih baik. Aku memang egois waktu itu. Padahal beberapa kalangan dan reka-rekanku sudah memberikan warning, dan juga ungkapan yang agak sinis dan sedikit pesimis tentang tekadku itu, dengan mengatakan “ Pingin lihat aja…, kuat berapa lama ente bisa bertahan di situ?”
Dengan berbekal sedikit pengalaman dan sebenarnya kurang lebih tiga tahun aku juga sudah mengenal lingkungan itu, serta mengetahui karakter orang-orang yang ada, pada akhirnya aku menerima tawaran itu, dan mulailah aku mengeluarkan jurus-jurus yang pernah aku dapatkan dari beberapa tahun (tepatnya 15 tahun) aku berkecimpung dalam dunia yang sudah tidak aneh bagiku.
            Awalnya dapat berjalan dengan lancar, beberapa hal yang menjadikan ganjalan dan problem intern sedikit demi sedikit dapat dipecahkan. Aku membuat kesepakatan dengan teamku, yang intinya harus ada kekompakan, sebab sesuatu yang berat akan terasa ringan kalau dikerjakan bersama-sama. Aku akan selalu berada di garis paling depan dalam hal apapun, selama bertujuan baik untuk kemaslahatan orang banyak. Aku akan berusaha menghargai setiap tetes keringat dari anggota teamku. Aku akan membela teamku yang selama ini menurut mereka merasa tertekan, kurang mendapatkan hak-haknya. Aku memulai dengan merapihkan administrasi dan penyusunan program. Sebab tanpa rencana program, kita tidak akan bisa melangkah dengan jelas ke mana arah yang akan kita tuju dan tujuan apa yang akan kita dapatkan.
Tahun pertama dan kedua ada perubahan yang signifikan, bisa dilihat dari segi fisik dan non fisik. Atasanku mempercayaiku, teamku juga merasa terbantu. Hal-hal yang selama ini menjadi beban dan kendala dapat terpecahkan. Sistempun sedikit demi sedikit aku ubah ke arah yang jelas dan menguntungkan semua pihak sesuai keinginan team dan memang sudah menjadi aturan yang baku sesuai dengan juknis dan juklak. Walaupun ada beberapa hal yang sebetulnya sangat tidak umum dan tidak wajar dari pimpinanku, namun aku tetap berusaha menyikapinya dengan tenang. Aku selalu berusaha menghibur team yang aku perjuangkan. Dan aku berusaha meyakinkan kepada mereka, bahwa suatu saat nanti kita juga akan berhasil.
            Kita bekerja dengan melibatkan hubungan lintas sektoral yang pada dasarnya sudah ada aturan yang baku dan sangat jelas, namun ada saja yang dilanggar dengan alasan yang tidak mendasar. Walaupun begitu aku selalu berusaha untuk tidak membongkar kejanggalan yang ada ke pihak luar. Aku berusaha menutupi, seolah-olah tidak ada masalah yang berarti di dalam, sambil berusaha untuk memperbaikinya. Aku berusaha memberikan contoh disetiap jenis pekerjaan, dengan harapan mereka yang menjadi team ini dapat meniru dan meneruskan sesuai dengan job / bagiannya masing-masing. Setiap kegiatan aku buatkan program kerja dan proposal yang jelas. Tapi yang aku heran, ternyata teamku tak bisa mengikuti dan tak bisa menjalankan rencana program tersebut, padahal itu semua sangat sederhana dan sudah menjadi standar baku di manapun. Yang pada akhirnya aku selalu bekerja sendirian, ditambah lagi sarana dan prasarana yang tidak memadai membuatku semakin terasa lebih cape.
Sarana kerja yang seharusnya disediakan atau diadakan oleh lembaga, tidak juga dipenuhi dengan alasan yang tidak jelas, dan harus melalui birokrasi yang sangat rumit, padahal posisiku adalah leader sekaligus manager di tempat tersebut, namun pengendali segalanya tetap pada yang empunya lembaga bukan leader yang ditunjuk secara struktural sepertiku.
            Beberapa peralatan terpaksa aku harus mengusahakan dengan sendiri. Kebetulan di rumah aku punya VCD Player jadul, terpaksa aku bawa. Komputer pribadiku juga aku gunakan untuk menyimpan seluruh data lembaga dan aku pake kerja siang dan malam tampa perhitungan biaya listriknya. Aku malu ketika mengikuti pelatihan-pelatihan yang harus menggunakan laptop, aku selalu harus meminjem ke teman. Akhirnya aku nekad menggadaikan BPKB motor bututku demi membeli Netbook untuk kebutuhan di tempatku bertugas. Untuk upload data-data melalui internet aku juga menggunakan modem lemotku yang murahan. Ini semua kulakukan bukan untuk apa-apa selain untuk memperjuangkan lembagaku yang menurut beberapa kalangan, sebelum aku bertugas di situ memang dalam kondisi kurang sehat. Aku masih terngiang motto yang selalu ditekankan sewaktu aku masih di sekolah dulu, bahwa kalau berjuang jangan taggung-tanggung. Rawe-rawe lantas malang-malang putung. Bondho bahu pikir, lek perlu sak nyawane.
            Memasuki tahun ketiga, sudah mulai ada gejolak yang kurang kondusif. Aku sadar akan segala kelemahan dan kekuranganku, tapi aku tetap pada niatan awal yang ingin memberikan perubahan positif. Team yang tadinya solid sudah mulai terpecah. Begitu banyak tugas yang harus aku selesaikan sendiri….
 (Tunggu lanjutannya…..)

Sabtu, 17 September 2011

RENUNGAN RAMADHAN 2

Selain dikenal sebagai syahrul shiyam, syahrul shabr, syahrut tarbiyah, dan syahrul jihad, Ramadhan juga dikenal sebagai syahrut taubah. Disebut sebagai syahrut taubah karena Ramadhan memang saat yang tepat untuk bertaubat. Dan sebaik-baik taubat adalah taubat yang segera, tanpa menunggu dan menunda-nunda. Dengan demikian, terkumpullah dua keutamaan jika kita bertaubat saat ini: keutamaan karena Ramadhannya, dan keutamaan karena menyegerakan taubat.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ

Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu (QS. Ali Imran : 133)

Allah Menyambut Gembira Hamba-Nya yang Bertaubat

Allah SWT menyeru kita dengan ayat di atas untuk menyegerakan taubat. Juga dalam ayat yang lainnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (QS. At-Tahrim : 8)

Sebab Allah menghendaki hamba-Nya memperoleh ampunan dan surga. Subhaanallah! Sungguh Dia maha penyayang kepada hamba-hamba yang beriman kepada-Nya.

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ
< Dan Allah menyeru kalian kepada surga dan ampunan dengan izin-Nya (QS. Al-Baqarah : 221)

Maka tidakkah kita bergegas menuju ampunan-Nya dengan bertaubat di bulan Ramadhan ini. Jika kita penuhi seruan Allah, seruan kasih sayang agar kita bertaubat pada-Nya, sungguh, bukan saja kita akan bergembira dengan ampunan dan surga-Nya kelak, namun Allah juga gembira ketika kita mau bertaubat. Kegembiraan Allah bahkan lebih besar daripada seorang musafir yang menemukan kembali untanya setelah hilang di gurun sahara berikut segala perbekalan yang ada padanya.

Rasulullah SAW bersabda:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِى ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِى وَأَنَا رَبُّكَ.
أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ

Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada (kegembiraan) seseorang yang menunggang untanya di tengah gurun sahara yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya. Ia putus harapan untuk mendapatkannya kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu." Dia salah mengucapkan karena sangat gembira. (HR. Muslim)

Apapun Dosa Kita, Bertaubatlah
Ada dua titik ekstrim bagi orang yang berdosa. Ekstrim pertama adalah mereka yang merasa dosanya terlalu besar hingga putus asa dari ampunan Allah. Maka, ia pun tidak kunjung bertaubat karena kekhawatiran taubatnya tidak diterima. Ekstrim kedua adalah mereka yang merasa dosa-dosanya mudah terhapus, hanya dosa-dosa kecil, sehingga membuatnya berlarut-larut dalam dosa demi dosa. Kalaupun bertaubat, ia hanya melakukan taubat sambal. Sekarang berhenti, nanti atau besok kembali mengulangi. Tidak pernah sungguh-sungguh melakukan taubat nasuha.

Untuk ekstrim pertama, lihatlah bagaimana seorang yang telah membunuh 99 nyawa. Saat ia bertanya kepada ahli agama apakah ada kesempatan bertaubat, ternyata dijawab tidak bisa. Lalu ia pun dibunuh sebagai orang ke-100 yang mati di tangannya. Niatnya bertaubat tidak berhenti. Ketika bertemu seorang alim, ia pun mengajukan pertanyaan yang sama. Oleh sang alim ini dijawab kalau dosanya bisa diampuni. Dan sebagai upaya taubat nasuha, ia dianjurkan hijrah ke suatu daerah yang kondusif bagi taubatnya. Di tengah jalan, ia meninggal. Hingga berdebatlah malaikat rahmat dan malaikat azab, orang ini menjadi urusan siapa. Keduanya lalu mengadukan perselisihan ini kepada Allah yang berkahir dengan ampunan bagi pembunuh yang benar-benar berniat bertaubat ini. Subhaanallah!

Contoh lain dialami oleh seorang wanita dari Juhanah. Ia yang tengah hamil datang kepada Rasulullah SAW. Ia mengaku telah berzina dan kini ia hamil. Wanita itu bertaubat dan meminta ditegakkan hudud (rajam) atasnya. Rasulullah menyuruh wanita itu kembali untuk menjaga kandungannya sampai bayinya lahir. Setelah berselang beberapa lama dan bayinya telah lahir, wanita itu datang lagi meminta dirajam. Akhirnya ia dirajam. Rasulullah menshalatkan jenazahnya. "Ya Rasulullah, engkau menshalatinya padahal ia telah berbuat zina?" tanya Umar bin Khatab meminta penjelasan. Maka Rasulullah SAW bersabda:

لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ تَوْبَةً أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ تَعَالَى

Sungguh dia telah bertaubat. Seandainya taubatnya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, taubat itu pasti mencukupinya. Apakah kamu menjumpai seseorang yang lebih utama daripada seorang yang mengorbankan dirinya untuk Allah Ta'ala? (HR. Muslim)

Pembagian Dosa
Imam Al-Ghazali di dalam Ihya' Ulumuddin menyebutkan sifat-sifat pembangkit dosa yang kemudian diringkas oleh Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin. Menurut beliau, sifat pembangkit dosa dibagi menjadi empat:
1. Sifat rububiyah (ketuhanan). Dari sini muncul takabur, membanggakan diri, mencintai pujian dan sanjungan, mencari popularitas, dan lain sebagainya. Ini termasuk dosa-dosa yang merusak, sekalipun banyak orang yang melalaikannya dan menganggap bukan dosa
2. Sifat syaithaniyah (kesetanan). Dari sini muncul kedengkian, kesewenang-wenangan, mnipu, berdusta, makar, kemunafikan, menyuruh pada kerusakan, dan lain-lain.
3. Sifat-sifat bahamiyah (kebinatangan). Dari sini muncul kejahatan, memenuhi nafsu perut dan syahwat kemaluan, zina, homoseks, mencuri, dan lain-lain
4. Sifat sabu'iyah (kebuasan). Dari sini muncul amarah, dengki, menyerang orang lain, membunuh, merampas harta, dan lain-lain.

Diantara empat sifat itu, penjenjangannya bermula dari bahamiyah. Bahamiyah yang dominan lalu diikuti oleh sabu'iyah, kemudian syaithaniyah dan rububiyah.

Dari keempat jenis itu, menurut sasarannya, dosa dibagi menjadi dua, yakni dosa yang berkaitan dengan hak Allah dan dosa yang berkaitan dengan hak sesama manusia. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah SWT ada yang diampuni dan ada yang tidak diampuni. Yang tidak diampuni adalah dosa syirik, sementara dosa yang lain akan diampuni oleh Allah SWT, jika Dia Menghendaki. Sedangkan dosa kepada sesama manusia akan diampuni oleh Allah jika hak itu telah dihalalkan atau ditegakkan qishah atasnya di akhirat nanti.

Rasulullah SAW bersabda:

الظلم ثلاثة فظلم لا يتركه الله وظلم يغفر وظلم لا يغفر فأما الظلم الذي لا يغفر فالشرك لا يغفره الله وأما الظلم الذي يغفر فظلم العبد فيما بينه وبين ربه وأما الظلم الذي لا يترك فظلم العباد فيقتص الله بعضهم من بعض

Kezaliman itu ada tiga: kezaliman yang Allah tidak meninggalkannya, kezaliman yang mendapat ampunan, dan kezaliman yang tidak mendapat ampunan. Kezaliman yang tidak mendapat ampunan adalah syirik, maka Allah takkan mengampuninya. Kezaliman yang mendapat ampunan adalah kezaliman antara hamba kepada Rabb-nya. Sedangkan kezaliman yang tidak akan ditinggalkan/dibiarkan Allah adalah kezaliman antar manusia, maka Allah akan memberi qashah sebagian atas sebagian lainnya. (HR. Thayalisi, dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah)

Yang paling umum, biasanya dosa dibagi menjadi dua: dosa besar dan dosa kecil. Jika kita telusuri hadits, dosa besar yang biasa disebutkan adalah syirik, sihir, riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh wanita mukminah yang baik sebagai pezina. Tujuh jenis dosa besar ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Sedangkan dalam riwayat Imam Bukhari yang lain disebutkan durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar, sedangkan dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan pula perkataan atau kesaksian palsu.

Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin menyebutkan pendapat Abu Thalib Al-Makki yang merinci dosa besar menjadi 17 jenis. 4 jenis di hati: syirik, fasiq, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari tipudaya-Nya. 4 jenis di lidah: kesaksian palsu, menuduh wanita mukminah, sumpah palsu, dan sihir. 3 di perut: minum khamr, memakan harta yatim, dan riba. 2 di kemaluan: zina dan homoseks. 1 di kaki: lari dari medan perang. Dan 1 di seluruh badan: durhaka pada orang tua.

Jangan Remehkan Dosa Kecil

Seringkali kita terjebak pada sikap meremehkan dosa kecil. Saat kita ghibah, bercanda yang sudah masuk kategori rafats (porno), bahkan bergaul dengan lawan jenis yang tidak islami, kita beralasan "itu kan dosa kecil, tidak apa-apa". Padahal orang yang meremehkan dosa ia tidak sadar sedang berhadapan dengan siapa. Siapakah yang ia maksiati? Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Keras adzab-Nya. Juga, tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.

لا صغيرة مع الإصرار

Tidak ada dosa kecil selagi terus dikerjakan, (HR. Dailami)

Ibarat sebuah bintik noda, dosa kecil pun akan mengotori hati. Semakin banyak dosa semakin banyak pula noda di hati.

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ

Sesungguhnya, apabila seorang mukmin berbuat dosa, maka muncul bintik hitam dalam kalbunya. Kemudian jika ia bertaubat, meninggalkan dosa dan memohon ampun, maka hatinya bersih. Dan jika dosa-dosanya bertambah, bintik hitam itupun bertambah (HR. Ibnu Majah dan Ahmad, "hasan")

Marilah Bertaubat Sebelum terlambat

Marilah kita sambut seruan Allah untuk bertaubat sebelum kita terlambat. Kini Allah menganugerahkan momentum yang luar biasa kepada kita untuk menjalani taubatan nasuha. Ramadhan yang sangat kondusif dengan amal shalih dan minim pengaruh negatif dibandingkan bulan lainnya, adalah kesempatan berharga yang belum tentu datang lagi kepada kita. Bukankah kita tidak pernah bisa menjamin bahwa kita akan tetap hidup sampai Ramadhan berikutnya jika kita menunda taubat saat ini? Dan bukankah pintu taubat akan ditutup saat kita mengalami sakaratul maut?

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi ia belum sekarat (HR. Tirmidzi, Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Abu Ya'la)

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat maksiat di siang hari bertaubat, dan Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat maksiat di malam hari bertaubat. (Demikian itu tetap terjadi) sampai matahari terbit dari barat. (HR. Muslim)

Terlalu banyak pengalaman yang menunjukkan kepada kita bahwa kematian datang tanpa memandang apakah seseorang masih muda atau sudah tua, miskin atau kaya, juga dalam kondisi sehat atau sakit-sakitan? Bukankah jalan kematian bukan hanya lewat sakit di usia tua? Kematian bisa datang lewat kecelakaan kerja, kecelakaan di jalan raya, sakit mendadak, dan juga bencana serta berjuta cara yang tidak pernah bisa kita tebak dengan cara apa ia datang kepada kita.

Syarat Bertaubat
Imam An-Nawawi di dalam Riyadhus Shalihin menyampaikan syarat bertaubat secara singkat dalam tiga langkah. Pertama, berhenti dari dosa yang dilakukan. Kedua, menyesali dosa yang telah dilakukan. Dan ketiga, bertekad untuk tidak mengulangi dosa itu. Itu jika bertaubat terhadap dosa yang berkaitan dengan hak Allah.

Sedangkan jika dosa berkaitan dengan hak manusia, maka syarat taubat ditambah satu lagi, yaitu membebaskan diri dari hak manusia tersebut. Pembebasan ini tentu dengan penghalalan dari yang terzalimi atau mendapat keikhlasan darinya.

Maka orang yang minum khamr dalam kesendirian misalnya, untuk bertaubat cukup ia berhenti minum khamr, menyesalinya, dan tidak mengulanginya. Namun jika seseorang mencuri harta orang lain, selain tiga langkah tersebut ia harus mendapat maaf dari orang yang dicuri dengan mengembalikan hartanya atau mendapatkan kehalalan darinya.

Semoga Ramadhan yang juga disebut syahrut taubah ini kita manfaatkan bersama sebagai momentum taubatan nasuha. Dan karenanya Allah menganugerahkan ampunan dan surga-Nya kepada kita. Allaahumma aamiin. Wallaahu a'lam bish shawab.

RENUNGAN RAMADHAN


Rasanya tak habis-habisnya kita mesti bersyukur kepada Allah, karena dari limpahan rahmat dan karuniaNya, hingga kini kita tetap tegar menjaga keimanan kita sebagai tingkat nikmat yang paling tinggi. Sanjungan shalawat kita sampaikan kepada junjungan kita Rasulullah SAW, yang mana telah berjasa menyampaikan kebenaran kepada kita semua.
Ilmu, telah menjadi simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat itu Allah memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam – yang sering kita artikan dengan pena.
Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata qalam.
Dalam surat Al-‘Alaq, Allah Swt memerintahkan kita untuk menuntut ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut.
Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah Swt adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah Swt adalah mereka yang berilmu.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad Saw.
Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang peranan yang penting dalam peradaban ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun. Tugas kita sekarang adalah mengembalikan masa kejayaan Islam melalui ilmu pengetahuan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengumpulkan keutamaan ilmu ini dalam 13 point:
  1. Bahwa ilmu dien adalah warisan para nabi Shallallaahu alaihi wa Salam, warisan yang paling mulia dan berharga. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى النُّجُوْمِ. اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَاْلأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَاًرا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. الترمذي).
“Keutamaan sesorang ‘alim (berilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambilnya (warisan ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak.” (HR. Tirmidzi).
  1. Ilmu itu tetap akan kekal sekalipun pemiliknya telah mati, berbeda dengan harta. Karena harta yang jadi rebutan manusia itu pasti akan sirna. Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
     إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ:
صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.
“Jika manusia mati terputuslah amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah, atau ilmu yang dia amalkan atau anak shalih yang mendoakannya.”
  1. Ilmu, sebanyak apapun tak menyusahkan pemiliknya untuk menyimpan, tak perlu gedung yang tinggi dan besar untuk meletakkannya. Cukup disimpan dalam dada dan kepalanya, bahkan ilmu itu yang akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa nyaman dan aman, lain halnya dengan harta yang semakin bertumpuk, semakin susah pula untuk mencari tempat menyimpannya, belum lagi harus menjaganya dengan susah payah bahkan bisa menggelisahkan pemiliknya.
  2. Ilmu, bisa menghantarkan pemiliknya menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah. Sedang pemilik harta? Harta sama sekali takkan menghantarkan pemiliknya sampai ke derajat sana.
  3. Para Ahli ilmu agama termasuk golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan supaya orang mentaatinya, tentunya selama tidak menganjurkan durhaka kepada Allah dan RasulNya, sebagaimana firmanNya:“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu.” (An-Nisa: 59).
  4. Para ulama, mereka itulah yang tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah hingga datangnya hari kiamat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ هُوَ الْمُعْطِيْ وَلاَ تَزَالُ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ
 “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) agama. Aku adalah Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang Maha Memberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah.” (HR. Al-Bukhari).
  1. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang bisa menampung air yang bermanfaat terhadap alam sekitar, beliau bersabda, yang artinya:
    Perumpamaan dari petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang (mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
Orang yang memahami agama Allah dan memanfaatkan apa yang aku bawa, maka dia mempelajari dan mengajarkannya. Sedangkan orang yang tidak (tidak memperhatikan ilmu) itu (maka) dia tidak mendapatkan petunjuk Allah (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
  1. Ilmu adalah jalan menuju Surga, tiada jalan pintas menuju Surga kecuali ilmu. Sabdanya:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim).
  1. Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba. Tidaklah akan menjadi baik melainkan orang yang berilmu, sekalipun bukan jaminan mutlak orang yang (mengaku) berilmu mesti baik.
    Sabda beliau Shallallaahu alaihi wa Salam :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan pahamkan dia (masalah) dien.” (Al-Bukhari).
  1. Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah.
  2. Orang ‘alim (berilmu) adalah cahaya bagi manusia lainnya. Dengan dirinyalah manusia dapat tertunjuki jalan hidupnya.
  3. Allah akan mengangkat derajat Ahli Ilmu (orang alim) di dunia dan akhirat. Di dunia Allah angkat derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang dia tegakkan. Dan di akhirat akan Allah angkat derajat mereka di Surga sesuai dengan derajat ilmu yang telah diamalkan dan diajarkannya. Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam surat Mujadilah: 11 telah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Kesimpulannya adalah:
  • Bahwa problem yang terbesar di kalangan umat ini adalah al-jahl biddien, bodoh tentang agamanya.
  • Tidak akan terangkat derajat umat ini menuju sebuah kejayaan kecuali harus bangkit dan menggali ilmu agama secara benar.
  • Ilmu agama yang akan membawa kejayaan adalah ilmu yang diamalkan dari sumber yang benar pula, bila tidak justru akan membawa kepada kehancuran dan laknat Allah.
Karena itulah mari kita gali ilmu agama secara benar dari sumber aslinya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah melalui pemahaman para Salafus-Shalih yakni para sahabat radhiyallahu ‘anhum serta para pengikutnya hingga hari akhir.

KHUTBAH IDUL FITRI 1432 H


MAKNA TAQWA
BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN
(Refleksi Kandungan Surat Al-Baqarah Ayat 183)


ألله اكبر ألله اكبر ألله اكبر x 3 ألله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا أشهد أن لااله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم باحسان إلى يوم الدين.أما بعد : فيا ايها الحاضرون والحاضرات اتقوا الله فقد فاز المتقون  واعلموا أن يومكم هذا يوم عظيم وعيد كريم قال الله تعالى اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ .الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد

Jama`ah shalat `Ied yang berbahagia.
Pertama khotib sampaikan ucapan selamat : تفبل الله منا ومنكم “Semoga Allah menerima amal ibadah dari kami dan dari Anda sekalian” dan من العائدين الفائزين المقبولين “Semoga Allah menjadikan kita sekalian orang-orang yang kembali ke fithrah yang berbahagia dan yang diterima amal ibadahnya.” Amien.
الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد

  Maha Suci Allah, yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
  Maha Kuasa Allah, yang telah menciptakan alam semesta sebagai tempat  hidup  bagi   
    ummat manusia dan tempat untuk berkarya mencari ridha-Nya.
  Maha Kasih Allah, yang tidak pernah berhenti mencurahkan rahmat dan  karunia-Nya     
    sekaligus membimbing manusia dalam memanfaatkannya.
  Maha Adil dan bijaksana Allah dalam meratakan rizki dan hidayah-Nya.   Hanya saja,
    Manusia  tidak  pernah  puas   dan  enggan mensyukuri nikmat rizki-Nya,   serta selalu  
    menghindar dari hidayah-Mu.
  Maha Basar Allah,  yang telah menetapkan bulan Ramadhan sebagai bulan bagi kaum
    yang  beriman  melakukan  puasa,    menahan  diri   untuk   melebur  dosa  demi  untuk
    mencapai puncak derajat keimanan – yaitu taqwa.
  Dengan keagungan-Mu  Engkau  terima  segala ampunan   yang dimohon  oleh pelaku
    puasa -    seraya Engkau taburkan butiran pahala baginya. Sungguh beruntung orang- 
   orang yang ihlas menegakkan ketetapan-Mu -       dan merugi bagi mereka yang hanya  
    melakukannya setengah hati, dan kurang ihlas,    yaitu mereka yang berpuasa tetapi  
    amalannya condong pada cinta dunia. Mereka lebih megutamakan kebiasaan mereka  
    dari pada tuntunan syari’ah-Mu.
3
            Daripada-Nya kita datang di dunia ini dan kehadirat-Nya kita akan berpulang kelak. Marilah kita agungkan Allah melalui asma-Nya, kita syukuri segala nikmat karunia-Nya, kita panjatkan puja dan puji kehadirat-Nya, seraya kita kukuhkan hati dan pikiran untuk memohon ampunan dan ridha-Nya.

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Ied. Rahimakumullah
Hari ini bilangan bulan Syawwal mulai menapaki harinya, menjumpai kita dalam suasana fitrah, setelah ijtima' akhir Ramadhan kemarin berlalu meninggalkan kita dengan sejumlah kenangan, mulai dari kenangan suasana semarak sahur dan ramainya jalan-jalan di waktu pagi menyongsong matahari terbit, kenangan suasana gembira ketika berhadapan dengan sajian buka puasa, kenangan meramaikan masjid dengan shalat taraweh dan tadarus al-Quran.

Itu semua telah kita alami bersama Ramadhan, walau sebenarnya masih banyak yang tidak sesuai dengan kehendak Ramadhan tersebut. Ramadhan menghendaki sahur dan buka puasa kita secukupnya, namun kita lakukan dengan penuh keserakahan karena takut akan kelaparan. Ramadhan menghendaki kita untuk membakar kecintaan terhadap dunia, namun yang kita lakukan malah lebih mencintai dunia. Ramadhan menghendaki persatuan dan persaudaraan antar sesama ummat manusia menjadi kuat, kokoh dan serempak, namun yang terjadi malah perbedaan yang menyolok karena adanya paham yang harus dipertahankan. Ramadhan menghendaki iman kita utuh bahkan bertambah, namun pada kenyataannya, justru malah kebanyakan orang diantara kita, imannya menjadi acak dan berkurang. Hal ini terbukti dengan adanya perlakuan kita yang lebih condong untuk menjadikan Ramadhan sebagai suatu model atau budaya, padahal Ramadhan itu ibadah yang tidak boleh terlepas dari perlakuan sebagaimana yang telah dituntunkan oleh Rasulullah Muhammad Saw.

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin Muslimat Jama’ah Ied Rahimakumullah
Kumpulan segala kenangan yang telah kita lalui bersama bulan Ramadhan ini haruslah kita jadikan sebagai bahan untuk mengoreksi diri kita terhadap semua perlakuan ibadah yang kita lakukan selama ini.

5        Sungguh Allah tidak memuji lezatnya atau melihat banyaknya makan sahur kita, Allah tidak  menghendaki  keserakahan kita  diwaktu  berbuka,      Allah  tidak menilai amalan kita yang sia-sia, Allah tidak rela bila bulan Ramadhan- Nya dikotori oleh perbuatan maksiat kita.

Sungguh Allah tidak menerima rekayasa akal pikiran kita tentang kebutuhan akan dunia, Allah tidak meridhai budaya yang merusak amalan ibadah kita kepada-Nya. Sungguh Allah tidak akan mendatangkan manfaat puasa, bagi orang yang lalai menjalankannya.

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Sidang Jema'ah Ied. Rahimakumullah
Sesungguhnya Allah Swt. menilai puasa kita hanya dengan iman kita, yaitu keyakinan akan keberadaan-Nya dan kepatuhan kita terhadap ibadah yang Allah syari’atkan melalui Rasul-Nya Muhammad Saw. Oleh karena itu Allah memanggil dengan sapaan yang penuh kasih sayang “Wahai orang-orang yang beriman”, kepada kaum yang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, dengan satu tujuan untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang mampu melakukan perbuatan-perbuatan baik sesuai aturan-Nya sekaligus mampu memerangi kemungkaran terhadap diri dan lingkungannya.
6
الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin Muslimat Jama’ah Ied Rahimakumullah
Apapun yang terbetik di hati kita, yang ada dalam benak pikiran kita saat ini, tetap kita harus memiliki satu pengakuan bahwa hari ini adalah hari kemenangan bagi orang-orang yang diliputi rasa menang, karena dengan susah payah telah berjuang melawan hawa nafsu, sekaligus sebagai hari perenungan untuk mengakui kesalahan dan tobat serta memohon ampunan-Nya karena telah kalah oleh godaan dunia dan hawa nafsu.

Hari ini adalah hari dimana Ramadhan menyatakan dirinya pergi meninggalkan kita semua dan pasti akan kembali untuk datang mengajak kita beribadah yang sepuas-puasnya dalam mencapai keridhaan Allah di dalam menapaki kehidupan dunia ini. Sungguh ia pergi, dan pasti akan datang lagi, namun kita semua tidak tau pasti apakah kedatangnya akan berjumpa dengan kita. Mungkin masih berbekas dalam hati dan ingatan kita, ketika orang-orang yang kita cintai, yang kita kasihi, masih berada di sekeliling kita.   Saat ini…, mereka tidak lagi bersama kita. Sungguh kekesalan hati seolah tak berujung, penyesalan terasa tak ada gunanya.7

Hari ini adalah hari dimana iblis-iblis memasang spanduk selamat datang kepada kita, mengajak kita untuk bergabung bersamanya dalam merekayasa kehidupan dunia ini dengan kemaksiatan, keserakahan, kebohongan, penipuan, pemalsuan, penindasan, penyalah-gunaan wewenang dan perlakuan sewenang-wenang terhadap kaum yang lemah.

Hari ini adalah hari dimana kita mengukur nilai keimanan kita kepada Allah beserta ketundukan kita untuk melakukan segala syari’at-Nya, meneguhkan keyakinan kita untuk menyata-laksanakan nilai taqwa yang telah menjadi kewajiban kita sebagai makhluk yang hanya menumpang di bumi Allah ini.
الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin Muslimat Jama’ah Ied Rahimakumullah
Dengan memperhatikan kenyataan sebagaimana tersebut, marilah kita mempertanyakan kembali akan keberadaan diri kita, terhadap nilai dan makna puasa yang baru saja kita laksanakan. Sudahkan kita menghitung berapa kali kita berbohong ?, berapa kali kita menipu ?. berapa banyak kita mengkonsumsi makanan yang haram yang bukan hak kita ?. Sudahkah kita menghitung berapa kali kita menghardik orang tua kita ?, berapa kali menyakiti hati orang lain ?, berapa kali kita menggunjing, mengumpat dan menghina ? Tahukah kita bahwa semua itu adalah sama dengan memakan daging saudaranya yang mati ? Sudahkah kita menghitung-hitung berapa lama kita telah meninggalkan kewajiban shalat, berapa banyak hari puasa kita yang rusak dan yang sengaja kita ditinggalkan ?. Sudah berapa banyak jumlah zakat yang kita keluarkan ?, sudah berapa tahun kita menunda untuk pergi ibadah haji padahal kita memiliki kemampuan untuk itu ?. sudahkah kita menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi kita yang telah menyatakan diri sebagai orang Islam ?.

Sungguh masih banyak lagi yang seharusnya kita pertanyakan pada diri kita, dan ternyata betapa banyaknya dosa-dosa yang telah menutupi jasad ini, sehingga diri kita hanya pantas di siksa di dalam kubur dan di bakar di neraka.9

Pada hari ini harusnya kita sadar, sungguh telah banyak dosa yang kita pelihara, sungguh banyak kesalahan yang telah kita banggakan, dan sungguh masih banyak lagi dosa dan kesalahan yang mungkin telah kita rencanakan dan menanti seluruh indra kita untuk melakukannya.

Marilah kita terus bertanya dan senantiasa mengingat kesalahan dan dosa, karena dengan demikian berarti kita mendekatkan diri pada tobat - dan tobat sungguh mendekatkan kita pada kasih sayang Allah.


Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran 129)

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Pengasih, sehingga betapapun banyaknya kesalahan kita, sungguh masih lebih banyak kasih sayang-Nya, dan betapapun besarnya dosa kita, sungguh masih lebih besar ampunan-Nya, selama kita mau menyadari arti kehidupan ini - dan mau merubah cara hidup kita sesuai dengan tuntunan-Nya.

Sungguh masih ada amalan Rasulullah yang patut dijadikan amalan dalam memelihara taqwa kita dari pengaruh iblis yang terkutuk. Kalau saja puasa kita rasakan dapat mencegah kita berbuat maksiat, maka maukah kita berpuasa di luar bulan Ramadhan, sebagai benteng pertahanan dari pengaruh godaan syetan ?.
الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Muslimat Jama’ah Ied Rahimakumullah
Semoga kita semua Allah jadikan sebagai orang-orang yang senantiasa memelihara diri dengan mengingat akan segala dosa dan kesalahan kita, dan semoga Allah memberkahi niat kita untuk menjadi orang-orang yang senantiasa bertobat atas dosa dan kesalahan tersebut, Amin yaa Rabbal 'alamin.



Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At-Tahrim : 8)

Akhirnya, marilah kita berdo’a - bermunajad kepada- Nya. Allah yang telah menciptakan kita semua, Allah tempat kita memohon ampunan, dan Allah tempat kita akan kembali nanti.





Yaa Allah, bukalah pintu tobat bagi kami agar kami senantiasa memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan kami, jika seandainya pantas bagi kami maka panjangkanlah usia kami, hingga kami dapat bertemu dengan bulan Ramadhan-Mu yang penuh rahmat, berkah dan ampunan-Mu.

Yaa Allah, sucikanlah hati kami, untuk melepas kepergian bulan suci, walau sungguh banyak amalan kami yang masih kotor, bahkan menjijikkan - izinkanlah kami menyambut datangnya bulan kemenangan, walau kami sebenarnya tak pastas bersamanya karena kegagalan yang kami sengajakan untuk meraihnya.11

Ya Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Sertakan kami bersama orang-orang yang berbuat baik, dan masukkanlah kami kedalam golongan orang-orang yang "mukhlishina lahuddin", yaitu orang-orang yang senantiasa mengikhlaskan ketaatan hanya kepada-Mu. Jadikanlah kami semua orang-orang yang bertaqwa.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلِّ الشِرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَك َأَعْدَاءَ الدِيْنِ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ َاْلأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمِتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ
اَلَّلهُمَّ أَعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَ قِيَامَنَا وَ قِرَاءَتَنَا وَ زَكَاتَنَا وَ عِبَادَتَنَا كُلَّهاَ . اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ
وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قَنَا عَذاَبَ النَارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ .